Pemugaran Mangkrak !! Gunung Ratu, Situs Religi dan Warisan Sejarah Budaya Kebanggaan Masyarakat Kabupaten Lamongan.
Pusatberitarakyat.com | Lamongan – Gunung Ratu atau Makam Dewi Andong Sari, situs unik yang satu ini terletak di Desa Cancing Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Situs makam Dewi Andong Sari tersebut buka setiap hari dan menjadi area wisata yang berbasis religi dan sejarah tersohor bagi para spiritualis di Nusantara khususnya dan masyarakat Jawa pada umumnya.
Untuk menuju lokasi, kita harus melewati hutan dan persawahan. Tapi, siapa yang menyangka, apabila salah satu situs bersejarah yang dikenal warga dengan nama “Gunung Ratu” itu sekarang kondisinya berubah tak seramai seperti dulu. Setelah dilakukan pemugaran pada pada bulan Maret tahun 2022 kemaren, Gunung Ratu seolah kehilangan aura religi dan nilai sejarahnya apalagi terlihat bahwa pembangunan situs makan bersejarah tersebut tidak seperti yang dibayangkan oleh masyarakat sekitar, para pelaku spiritual budayawan serta aktivis lokal sejarah.
“Banyak perubahan yang terjadi di area makam situs bersejarah ini, auranya juga tidak sekuat dulu lagi. Awalnya kami peziarah senang mendengar kabar bahwa makam gunung ratu di pugar, dengan niat menjadikannya lebih bagus akan tetapi banyak yang tidak sesuai disini, seperti dibiarkan mangkrak dan tidak terurus, kondisi Ini saya rasa sudah setahun lebih, saya setiap bulannya pasti kesini untuk berziarah. Dulu disini rindang sejuk, adem ayem, sekarang panas tidak ada pepohonan yang memayungi, apalagi saya sudah kesini sejak tahun 2010 jadi merasa erat dengan Gunung Ratu,” ungkap Haris salah satu pengunjung yang ziarah. Senin,(12/06/2023) sore.
Sangat disayangkan melihat kondisi Gunung Ratu sekarang, Padahal Gunung Ratu sudah banyak digemari masyarakat, tak hanya masyarakat setempat saja, bahkan juga masyarakat luar daerah Kabupaten Lamongan juga kerap kali mengunjunginya.
Seperti diketahui, Masyarakat Dusun Cancing meyakini bahwa di puncak bukit Gunung Ratu itu terbaring Ibunda Gajah Mada berdasarkan kisah lisan yang berkembang di masyarakat. Di lokasi itu Ibunda Gajah Mada menjalani hari-harinya hingga melahirkan Joko Modo yang nama besarnya tak terpisahkan dari Majapahit, maka tak heran bahwa selalu ada pengunjung berziarah atau lelakon (Perjalanan nasib-red) ke sana.
Selain makam Dewi Andongsari, di kompleks pemakaman di kawasan perbukitan ngimbang itu juga ada 2 pusara lain yang berjajar yang dipercaya sebagai pusara dari 2 hewan peliharaan Dewi Andongsari. Dua pusara itu dipercaya merupakan makam seekor kucing Condromowo dan Garangan (Musang) Putih yang merupakan peliharaan Dewi Andongsari, kondisi pusaranya juga terlihat belum rampung.
Senada dengan itu, Gunawan salah satu aktivis budaya dan lelakon spiritual mengatakan bahwa dirinya merasa kecewa dengan pemugaran makam Gunung Ratu itu, apalagi terlihat mangkrak dan bahkan dinilai olehnya lebih bagus dulu sebelum dipugar.
“Tempat ini memiliki potensi area wisata yang berbasis religi dan sejarah. Pemugaran makam itu harusnya menjadikan tempat ini lebih bagus dan lebih tertata, sehingga kedepannya dapat menarik pengunjung lebih banyak dengan harapan bisa menjadikan potensial ekonomi, pendapat bagi daerah dan desa, terutama warga sekitar seperti di beberapa tempat di kota lain, wisata religi tidak pernah sepi oleh pengunjung. Tetapi keadaannya sekarang terbalik 180 derajat, nilai spiritual, adat budaya, kearifan lokal seperti luntur dari tempat ini,” ungkapnya.
Lanjut Gunawan, Di dekat makam, dulu ada area persinggahan di samping makam Dewi Andong Sari. Di tempat persinggahan itu, para wisatawan atau pengunjung bisa istirahat sejenak untuk melepas lelah usai menaiki tangga. Ada juga yang melaksanakan ibadah Shalat di area persinggahan. Sebab, di Gunung Ratu ini terdapat kamar mandi yang bisa difungsikan sebagai tempat berwudhu.
“Yang paling ikonik adalah makam Dewi Andong Sari. Makam ibunda Patih Gajah Mada itu diletakkan di ruang tertutup. Sehingga, hanya orang-orang yang sudah mendapat izin dari juru kunci yang bisa masuk ke makamnya. Ruangan khusus tempat makam Dewi Andong Sari, memiliki pintu yang selalu tertutup. Konon katanya, makam istri atau selir raja tidak boleh diletakkan di tempat terbuka,” terang Gunawan, praktisi spiritual asal mantup ini.
Harapannya bersama warga masyarakat sekitar gunung ratu kepada Pemkab Lamongan dan steakholding, kedinasan/instansi terkait bahwasanya ada kelanjutan pembangunan situs makam ini.
“Besar harapan saya bersama masyarakat sekitar makam, bahwa pembangunan situs ini dilanjutkan, tidak terlihat mangkrak seperti sekarang ini. Kita sebagai warga masyarakat kabupaten lamongan bangga dan wajib sama-sama menjaga bersama situs-situs, makam leluhur dan peninggalan bersejarah yang ada di kabupaten Lamongan sebagai warisan budaya, adat istirahat, peninggalan leluhur yang memiliki nilai sejarah kearifan lokal yang tinggi,” pungkasnya. (KJL/red)