Lia Istifhama Usulkan Lima Perbaikan untuk Program MBG Saat Raker Bersama Badan Gizi Nasional
Surabaya, https://pusatberitarakyat.com/ – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dr. Lia Istifhama, M.E.I., memberikan sambutan positif terhadap program Makan Bergizi Bersama (MBG) yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto. Hal tersebut disampaikan dalam rapat kerja dengan Komite III DPD RI bersama Badan Gizi Nasional di Jakarta, Selasa (21/1/2025). Ning Lia, sapaan akrab Lia Istifhama, menganggap MBG sebagai langkah penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya konsumsi gizi yang tepat serta menguatkan kecerdasan anak-anak Indonesia dan membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan gizi demi menuju Indonesia Emas 2045.
Menurut Ning Lia, program MBG memiliki dampak yang signifikan dalam pemenuhan kebutuhan gizi yang optimal, terutama bagi generasi muda. “Program ini tidak hanya meningkatkan kesehatan gizi, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal dengan melibatkan lebih banyak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dalam penyediaan makanan bergizi,” tegas Ning Lia. Meskipun ia menyambut baik inisiatif ini, Ning Lia melihat ada beberapa aspek yang perlu perhatian lebih lanjut agar program ini bisa terlaksana dengan maksimal. Dalam kesempatan tersebut, Ning Lia mengungkapkan beberapa isu yang perlu dipertimbangkan untuk perbaikan dalam implementasi program MBG.
Ning Lia menekankan pentingnya keberagaman menu makanan yang tidak hanya sehat, tetapi juga menarik bagi para siswa yang menjadi sasaran program. Menurutnya, dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi yang optimal, penyajian makanan harus mempertimbangkan faktor seperti variasi menu dan kesegaran makanan. “Salah satu aspek yang menjadi perhatian adalah terkait penyediaan makanan yang harus hangat atau segar saat disajikan,” katanya.
Dalam hal tersebut, Ning Lia berinisiasi agar program MBG tetap memaksimalkan peran UMKM lokal sebagai penyedia makanan bergizi. Apalagi, program MBG yang mencakup penyediaan makanan untuk sekitar 3.000 siswa membutuhkan fasilitas dapur yang cukup luas dan memadai.
“Pertanyaannya adalah, apakah UMKM di sekitar sekolah dapat memenuhi kebutuhan tersebut? Jika program ini bergantung pada vendor besar, ada kemungkinan vendor tersebut berada jauh dari lokasi sekolah, sehingga mengarah pada durasi pengolahan yang lebih panjang dan kualitas makanan yang mungkin menurun saat disajikan. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya memperkuat ekosistem UMKM lokal untuk mengatasi kendala ini,” katanya. Dengan persoalan tersebut, Ning Lia mengusulkan perlunya sistem supervisi yang lebih baik terhadap UMKM lokal, dengan melibatkan mereka sebagai submitra Badan Gizi Nasional (BGN). Dengan demikian, Ning Lia berharap akan ada kolaborasi antara UMKM besar dan kecil yang dapat meningkatkan ketersediaan makanan bergizi di sekolah-sekolah, sambil tetap menjaga kualitas dan kedekatannya dengan lokasi sasaran.
“Diharapkan juga untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai, sehingga mengarah pada keberlanjutan program ini yang lebih ramah lingkungan, karena di beberapa lokasi masih ditemukan penggunaan kemasan plastik dalam penyajiannya,” tambahnya. Ning Lia juga menilai bahwa penetapan menu senilai Rp 10.000 per porsi membuat penyedia MGB kesulitan memasukkan susu dalam menu tersebut. Padahal, dari program awal ini muncul banyak peternak sapi perah yang berharap dapat dilibatkan, mengingat susu merupakan salah satu komponen gizi yang sangat penting. “Harga yang dibatasi akan menyulitkan peternak lokal untuk memasok susu dalam jumlah besar, dan ini harus menjadi perhatian agar peternak lokal bisa mendapatkan keuntungan dari program ini,” ujarnya. Dalam kesempatan tersebut, Ning Lia juga mempertanyakan apakah benar program MBG ini mencakup subsidi makan bergizi bagi karyawan, seperti yang pernah disampaikan oleh beberapa pihak.
“Jika program ini diperluas untuk mencakup karyawan, tentu akan menambah beban anggaran dan perlu dipastikan alokasi dana dapat mendukung seluruh sasaran program dengan efektif. Kebijakan terkait subsidi ini perlu diperjelas agar tidak terjadi kebingungannya,” tegas Ning Lia. Ning Lia mengakui secara keseluruhan, dirinya mendukung implementasi program Makan Bergizi Bersama tersebut. “Namun saya berharap beberapa isu yang diangkat dapat menjadi bahan pertimbangan lebih lanjut oleh pemerintah agar program ini dapat berjalan dengan sukses dan memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat, khususnya anak-anak dan UMKM lokal,” pungkas Ning Lia. (*)