Pusatberitarakyat.com | Surabaya – Dalam rangka pemulihan perekonomian pada masa pandemi covid-19 Mahasiswa KKN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Nur Hanafi dari Fakultas Psikologi. Adakan pelatihan kewirausahaan pembuatan jamu tradisional di Desa Ngagelrejo Kecamatan Wonokromo Kabupaten Surabaya. Selasa-Sabtu (07 Desember – 15 Januari 2022) yang bawah bimbingan DPL Hetti Sari Ramadhani, S.Psi., M.si.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta menyalurkan ilmu pengetahuan cara pemasaran produk melalui media sosial yang bisa dijangkau banyak orang.
“Saat ini warganya bingung akan membuat usaha apa, bagaimana pemasarannya, dan bagaimana agar bisa konsisten dalam usaha tersebut” terang Siswanto selaku Ketua RT 003
Lanjutnya, Siswanto menyampaikan bahwa kebanyakan warganya hanya mengandalkan jualan dirumah dan membuka toko kecil-kecilan yang pemasarannya hanya di wilayah tetangga setempat.
Dengan adanya permasalahan tersebut Mahasiswa KKN UNTAG mengadakan pelatihan kewirausahaan produk tradisional yang nantinya akan dipasarkan melalui lingkungan sekitar dan media sosial. jamu yang disitu sasarannya adalah Ibu-ibu RT 003 RW 011.
“Saya berharap kegiatan dapat menjadi harapan baru untuk masyarakat dimasa pandemi ini, dan semoga bisa bermanfaat dan ibu-ibu bisa konsisten menjalankannya. Ujar Nur Hanafi Mahasiswa KKN UNTAG
Pembuatan jamu tradisional yang berbahan dasar utama Temulawak , Kunyit dan Asam ini dapat
menghasilkan dua produk jamu yaitu jamu kunyit asam dan temulawak.
Dalam pembuatan jamu kunyit asam, bahan-bahan dibersihkan terlebih dahulu, lalu kunyit, asam dan gula direbus secara bersamaan dengan air satu panci penuh kemudian kunyit dan asam diblender.
Jika sudah langsung disaring dan diberi air rebusan yang sudah mendidih tadi. Untuk pembuatan jamu temulawak yaitu sama dengan kunyit asam. Bahan-bahan dibersihkan terlebih dahulu. Temulawak,kunyit putih, asam dan gula direbus dengan air panci penuh kemudian jika sudah mendidih langsung disaring.
Meskipun sebenarnya jamu kunyit asam dan temulawak ini sudah sangat familiar dikalangan masyarakat Indonesia tetapi untuk cara pembuatannya mungkin masih belum terlalu banyak yang mengerti karena rata-rata masyarakat lebih memillih untuk membeli daripada mengolah jamu sendiri.
Ketika masyarakat mengerti bahwa mengolah jamu sebenarnya tidaklah sulit maka mereka pasti lebih memilih untuk membuat sendiri karena selain lebih murah tetapi juga lebih higienis.
Melalui pelatihan pembuatan jamu ini ibu-ibu RT 003 RW 011 yang sebelumnya belum mengerti cara pembuatannya sekarang menjadi mengerti apa saja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan jamu tradisional, bagaimana cara mengolahnya dan apa saja khasiatnya. (Fm)